LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA
A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
§ Hipoglikemia
atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah
berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing,
lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak
jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia).
(Nabyl, 2009)
§ Hipoglikemia
= Hipoglikemia murni = True hypoglicemy = gejala hipoglikemia apabila gula
darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998)
§ Definisi
kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l,
walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter
Patresia A, 1997)
§ Hipoglikemia
adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah 60 mg
%,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%.
(Wiyono ,1999).
§ Hipoglikemia
adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau tergantung pada kadar gula atau
glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan tubuh.(www.medicare.com)
§ Hipoglikemia
ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan
kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar
glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru
lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang
dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
§ Hipoglikemi
adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang dari 50 mg/%.
§ Hipoglikemia
(kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau kadar glukosa turun di
bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L).
§ Hipoglikemi
adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah. Keadaan ini
dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku
untuk seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa
darah. Hanya 20% hipoglikemia bersifat simptomatik, yaitu hipoglikemia yang
disertai gejala neurologis dan gejala tersebut akan hilang setelah pemberian
glukosa, tetapi kerusakan otak masih mungkin terjadi dan gejala akan terlihat
kemudian. Pada hipoglikemia berat gejala menyarupai asfiksia. Pada bai baru
lahir dengan kejang atau jitteriness hendaknya dilakukan pemeriksaan Dextrostix
berulang.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau
karena aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah
hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma
(koma hipoglikemik).
B. KLASIFIKASI HIPOGLIKEMIA
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
§ Transisi
dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
§ Hipoglikemi
klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami
malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
§ Sekunder
(Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
§ Berulang
( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme
Selain
itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :
§ Hipoglikemi
Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi
jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor,
takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
§ Hipoglikemi
Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan
kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar
untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat
mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan
ganda dan perasaan ingin pingsan.
§ Hipoglikemi
Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi
gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang
lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan
kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
Definisi hipogikemia pada anak.belum bisa ditetapkan dengan
pasti, namun berdasarkan . pendapat dari beberapa sarjana dapat dikemukakan
angka-angka seperti terlihat pada table. Nilai kadar glukose darah/ plasma atau
serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak :
KELOMPOK
UMUR
|
GLOKUSE
<mg/dl
|
DARAH
PLASMA/SERUM
|
Bayi/anak
Neonatus
* BBLR/KMK
*
BCB
0 -
3 hr
3
hr
|
<40
mg/100 ml
<20
mg/100 ml
<30
mg/100 ml
<40
mg/100 ml
|
<45
mg/100 ml
<25
mg/100 ml
<35
mg/100 ml
<45
mg/100 ml
|
C. ETIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia
bisa disebabkan oleh:
§ Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
§ Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang
diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
§ Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar
adrenal
§ Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan
glukosa di hati.
Adapun
penyebab Hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat
menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik
sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak
dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang
disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa
gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita
diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah
harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi
kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah
raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat
anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga
kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara
terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol
menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan
diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes
pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan
bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan
setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama
akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan
insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap
tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda
harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau
diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa
penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus.
Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa.
Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun
sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang
dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini
berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian
kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin
dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia
yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu.
Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan
mengalami hipoglikemia lagi.
D. FAKTOR RESIKO HIPOGLIKEMIA
§ Bayi
dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
§ Neonatus
yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
§ Bayi
prematur dan lebih bulan
§ BBLR
yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan lemak
tubuh
§ Bayi
sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan
kalori
§ Neonatus
yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
§ Bayi
dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen,
intoleransi glukosa)
§ Neonatus
puasa
§ Neonatus
dengan polisitemia
§ Neonatus
dengan eritroblastosis
§ Obat-obat
maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang
mendapat pengobatan insulin atau sulfonylurea: (Mansjoer A, 1999)
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
a. pengurangan/keterlambatan makan
b. kesalalahan dosis obat
c. latihan jasmani yang berlebihan
d. penurunan kebutuhan insulin
o penyembuhan dari penyakit
o nefropati diabetic
o hipotiroidisme
o penyakit Addison
o hipopituitarisme
e. hari-hari pertama persalinan
f. penyakit hati berat
g. gastro paresis diabetic
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
a. pengendalian glukosa darah yang ketat
b. pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
c. penggantian jenis insulin
E. PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak
terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat
jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan
glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk
melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa
secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system
saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh
darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus,
penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun
hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di
bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi
sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin
atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis
yang penting pada diabetes ketoasidosis.
§ dehidrasi
§ kehilangan
elektrolit
§ asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang
memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati
menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam
upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria)
ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita
ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan
sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24
jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak
(liposis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di
ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi
produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin
yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun,
sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah
menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi,
kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah
menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja
dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya
ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan
ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami
gangguan yang sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain
untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup
perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari
tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).
Pathway Hipoglikemia
Laporan
Pendahuluan Hipoglikemia
|
F. TANDA DAN GEJALA HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam
darah sehingga menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah
yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan
yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya
kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal
dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan
tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan
(berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan
kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya
glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,
perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan,
kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan
otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi
otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling
sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral.
Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi
hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena
melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan
hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan
lebih berat.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase
antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat
aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin.
Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa
lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai
terjadinya gangguan fungsi otak, gejalanya
berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan
motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah
20 mg%).(3)
Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah
sebagai berikut:
§ Perubahan tingkah laku
§ Serangan sinkop yang mendadak
§ Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
§ Keringat berlebihan waktu tidur malam
§ Bangun malam untuk makan
§ Hemiplegi/ afasia sepintas
§ Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria
Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya
gangguan fungsi otak yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi
otak subliminal, di samping gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien
langsung jauh pada fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya
kewaspadaan, yaitu akut dan kronik.
Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah
terkontrol sangat ketat mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien
yang sudah lama menderita DM, dan menggunakan beta bloker yang non
selektif,kehilangan kewaspadaan yang kronik biasanya irreversible dan di anggap
merupakan komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple,
yaitu hipoglikemia dengan gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari
50 mg% dan gejala akan menghilang dengan pemberian glukosa.
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan
berkepanjangan adalah kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien
telah lama menderita DM) adanya antibody terhadap insulin, blockade
farmakologik (beta bloker non selektif), dan pemberian obat sulfonylurea (obat
anti DM yang berkasiat lama). (Mansjoer A, 1997).
Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum
ketimbang ketoasidosis,meskipun sebagian besar penyebaran terdapat pada
kelompok ketergantungan insulin.Kedua awitan dari hipoglikemia adalah lebih
cepat dan manifestasinya adalah lebih bervariasi, sering terjadi dengan cara yang
tidak jelas sehingga dapat mengelakan perhatian seseorang sampai orang tersebut
tidak menyadari apa yang sesungguhnya yang sedang terjadi dan tidak mampu untuk
mencarari pengobatan yang tidak sesuai, sehingga reaksi hipoglikemia akibat
insulin dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan sehari-hari pasien.Yang
setidaknya dapat memalukan dan yang lebih buruk sangat membahayakan. Ketiga
meskipun pemulihan yang berarti dan hipoglikemia dapat cepat dan sempurna dalam
beberapa menit setelah pengobatan yang sesuai, banyak pasien secara emosional
(kemungkinan secara psikologis) tetap terguncang selama beberapa jam atau
bahkan selama beberapa hari setelah reaksi insulin. Akhirnya dalam kondisi
hipoglikemia ekstrim, masih mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan
otak permanen dan bahkan fatal.(Ester, 2000:).
Di kutip dari Karen Bruke 2005 ada beberapa tanda gejala
ataupun manifestasi klinis yang meliputi:
§ Lapar
§ Mual-muntah
§ Pucat,kulit
dingin
§ Sakit
kepala
§ Nadi
cepat
§ Hipotensi
§ Irritabilitas
Manifestasi sebab perubahan fungsi serebral
§ Sakit
kepala
§ Koma
§ Kesulitan
dalam berfikir
§ Ketidakmampuan
dalam berkonsentrasi
§ Perubahan
dalam sikap emosi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA
1. Gula darah puasa
Diperiksa
untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral)
dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa
2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan
dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang
sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut
menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi
ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
H. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis
hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler,
10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam
bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti
jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena
lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan
dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila
pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian
gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat
dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan
tampak dalam 10 menit. Glukagon
adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah
dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja
glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah
sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4
sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk
tepung seperti crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat
kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit
dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt
pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau
hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.
Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian
glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit
sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
I. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit
setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa)
maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering
mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa
tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang
konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula
diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya
roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa
intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki
resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah
dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui
pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan
insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering
mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering
makan dalam porsi kecil.
J. PENGKAJIAN PRIMER HIPOGLIKEMIA
1. Airway
Menilai
jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret
yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
§ Chin
lift/ Jaw thrust
§ Suction
§ Guedel
Airway
§ Instubasi
Trakea
2. Breathing
Bila
jalan nafas tidak memadai, lakukan :
§ Beri
oksigen
§ Posisikan
semi Flower
3. Circulation
Menilai
sirkulasi / peredaran darah
§ Cek
capillary refill
§ Auskultasi adanya suara nafas tambahan
§ Segera Berikan Bronkodilator,
mukolitik.
§ Cek
Frekuensi Pernafasan
§ Cek adanya tanda-tanda Sianosis,
kegelisahan
§ Cek
tekanan darah
Penilaian
ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
4. Disability
Menilai
kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien
posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera
berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.
K. PENGKAJIAN SEKUNDER HIPOGLIKEMIA
Data
dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama :
sering
tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan
diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia,
kejang, sepsis.
2. Riwayat :
o ANC
o Perinatal
o Post natal
o Imunisasi
o Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
o Pemakaian parenteral nutrition
o Sepsis
o Enteral feeding
o Pemakaian Corticosteroid therapi
o Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
o Kanker
3. Data fokus
Data
Subyektif:
o Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
o Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
o Rasa lapar (bayi sering nangis)
o Nyeri kepala
o Sering menguap
o Irritabel
Data
obyektif:
o Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor,
kejang, kaku,
o Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea,
nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan
koma
o Plasma glukosa < 50 gr/
Pengkajian
head to toe
1. Data subyektif :
§ Riwayat
penyakit dahulu
§ Riwayat
penyakit sekarang
§ Status
metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor
psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa
darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.
2. Data Obyektif
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala
: Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan
istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitasLetargi/disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala
: Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda :
Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada,
disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan
kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas/ Ego
Gejala
: Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi
Tanda
: Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala
: Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine
encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika
terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras,
adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala
: Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan
glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa hari/minggu,
haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek,
kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau
buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala
: Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi,
stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental,
refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala
: Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala
: Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen,
frekuensi pernapasan meningkat
i. Keamana
Gejala
: Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak,
lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot
termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala
: Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala
: Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang
lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadapglukosa darah.
L. DATA-DATA LABORATORIUM HIPOGLIKEMIA
Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan adanya peningkatan gula darah, urea darah, serum
creatinin (BUN), mikoro albumunurea, dan glikohemoglobin (Hb) Ph dan bagian
tekanan dari karbon dioksida (PCO2). tabel 51-1 menjelaskan bahwa rasional
peningkatan dari studi ini. Periksa bagian urinary menunjukkan adanya
pemeriksaan.tabel 51-2 menunjukkan gula darah normal, penjelasan mengenai
interprestasi yang tidak normal pada keadaan koma, perawat memberi perawatan
sampai pemeriksaan gula darah selanjutnya. (Donna 1991).
M. MASALAH ATAU DIAGNOSA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA
YANG MUNGKIN
MUNCUL
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Asma adalah
sebagai berikut:
1 Kebersihan jalan nafas tidak efektif
b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas, peningkatan sekresi trakheobronkheal
2 Pola nafas tidak efektif b.d
hiperventilasi, kelelahan otot pernafasan
3 PK: Hipoglikemia
4 Resiko aspirasi b.d secret produktif,
sesak nafas
5 Resiko kebutuhan cairan kurang b.d
intake tidak adekuat, pening-katan metabolisme, diaporesis
6 Kurang pengetahuan tentang asma b.d kurang informasi,
keterbatas-an kognisi, tidak familier dengan sumber informasi
7 Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
8 Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasive, terapi inhalasi
9 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan O2, kelemahan
10 Defisit self care b.d kelemahan, kelelahan, sesak
nafas
N. RENCANA KEPERAWATAN
HIPOGLIKEMIA
No
|
Diagnosa
Kep
|
NOC
/ Tujuan
|
NIC
/ Intervensi
|
1.
|
Bersihan
jalan napas tiidak efektif b.d obs-truksi jalan nafas / pe-ningkatan sekresi
trakhe-obronkheal.
Batasan
karakteristik :
- Dispneu
- Orthopneu
- Sianosis
- Ronkhi/krepitasi
- Kesulitan berbicara
- Batuk tidak efektif atau tidak ada
- Mata melebar
- Produksi sputum me-ningkat
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan irama napas
|
Setelah
dilakukan tindak-an keperawatan selama … x 24 jam jalan napas klien efektif,
dengan kriteria :
Status Respirasi : Patensi Jalan Nafas (0410) :
- Suara napas bersih
- Tidak ada sianosis
- Tidak sesak napas / dispneu
- Irama napas dan frekuensi napas
dalam rentang normal
- Klien tidak merasa ter-cekik
- Tidak ada sianosis
- Tidak gelisah
- Sputum berkurang
Status
Respirasi : Ventilasi (0403)
- Mendemonstrasikan ba-tuk efektif
- Suara nafas yang bersih
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada dispneu (mam-pu bernafas
dengan mudah)
- Tidak ada pursed lips
|
Airway
Suctioning (3160)
1 Pastikan kebutuhan suctioning
2 Auskultasi suara napas sebelum dan
sesudah suctioning
3 Informasikan pada klien dan ke-luarga
tentang suctioning
4 Meminta klien napas dalam sebe-lum
suctioning
5 Berikan oksigen dengan kanul nasal
untuk memfasilitasi suctioning nasotrakheal
6 Gunakan alat yang steril setiap
melakukan tindakan
7 Anjurkan klien napas dalam dan
istirahat setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakheal
8 Monitor status oksigen klien
9 Hentikan suction apabila klien menunjukkan bradikardi
Airway
manajemen ( 3140)
1. Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
2. Posisikan klien untuk memaksi-malkan
ventilasi
3. Identifikasi klien perlunya
pema-sangan jalan napas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara napas , catat adanya suara tambahan
8. Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
9. Monitor respirasi dan status oksigen
Cough
Enhancement (3250)
1. Monitor fungsi paru-paru, kapasitas vital, dan inspirasi
maksimal
2. Dorong pasien melakukan nafas dalam, ditahan 2 detik lalu
batuk 2-3 kali
3. Anjurkan klien nafas dalam be-berapa kali, dikeluarkan
dengan pelan-pelan dan batukkan di akhir ekspirasi
Terapi
Oksigen (3320)
1. Bersihkan secret di mulut, hidung dan
trachea / tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan nafas
3. Jelaskan pada klien / keluarga tentang pentingnya
pemberian oksigen
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Pilih peralatan yang sesuai ke-butuhan : kanul nasal
1-3 l/mnt, head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran O2
7. Monitor selang O2
8. Cek secara periodik selang O2, humidifier, aliran O2
9. Observasi tanda kekurangan O2 :
gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan O2
11. Pertahankan O2 selama dalam transportasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk mengamati persediaan O2,
air humidifier, jika habis laporkan petugas jaga.
Mengatur
posisi (0840)
1 Atur posisi pasien semi fowler,
ekstensi kepala
2 Miringkan kepala bila muntah
Fisioterapi
dada (3230)
1. Tentukan adanya kontraindikasi fisioterapi dada
2. Tentukan segmen paru-paru yang memerlukan fisioterapi dada
3. Posisikan klien dengan segmen paru yang memerlukan
drainase dile-takkan lebih tinggi
4. Gunakan bantal kepala untuk membantu
mengatur posisi
5. Kombinasikan teknik perkusi dan
posturnal drainase
6. Kombinasikan teknik fibrasi dan posturnal drainase
7. Kelola terapi inhalasi
8. Kelola pemberian bronchodilator, mukolitik
9. Monitor dan tipe sputum
10. Dorong batuk sebelum dan sesudah posturnal drainase
|
2.
|
Pola
nafas tidak efektif b.d hiperventilasi, kele-lahan otot pernafasan
Batasan karakteristik :
- Penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi
- Penurunan ventilasi per menit
- Penggunaan otot na-fas tambahan
- Pernafasan nasal flaring
- Dispneu
- Ortopneu
- Penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Posisi tubuh menun-jukkan posisi 3
poin
- Nafas pursed-lip (de-ngan bibir)
- Ekspirasi meman-jang
- Peningkatan diame-ter anterior-posterior
- Frekuensi nafas
Ø Bayi
: < 25 atau > 60
Ø 1-4
th : < 20 atau > 30
Ø 5-14
th : < 14 atau > 25
Ø >
14 th : < 11 atau > 24
- Kedalaman nafas
Ø Volume tidal de-wasa saat
istira-hat 500 ml
Ø Volume tidal ba-yi 6-8 ml/kg BB
- Penurunan kapasitas vital
- Timing rasio
|
Setelah dilakukan tindak-an perawatan selama … X 24 jam pola nafas efektif, dengan criteria :
Respiratory
status : Airway patency (0410) :
- Suara napas bersih
- Tidak ada sianosis
- Tidak sesak napas
- Irama napas dan frekuensi napas
da-lam rentang normal
- Pasien tidak merasa tercekik
- Tidak ada sianosis
- Tidak gelisah
- Sputum berkurang
Respiratory
status : ventilation (0403)
- Respirasi dalam rentang normal
- Ritme dalam batas normal
- Ekspansi dada simetris
- Tidak ada sputum di jalan napas
- Tidak ada penggunaan otot-otot
tambahan
- Tidak ada retraksi dada
- Tidak ditemukan dispneu
- Dispneu saat aktivitas ti-dak ditemukan
- Napas pendek-pendek ti-dak ditemukan
- Tidak ditemukan tak-til fremitus
- Tidak suara napas tambahan
|
Airway
manajemen ( 3140)
1. Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
2. Posisikan klien untuk memaksi-malkan
ventilasi
3. Identifikasi klien perlunya
pema-sangan jalan napas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara napas , catat adanya suara napas
tambahan
8. Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
9. Monitor respirasi dan status oksigen
Respirasi
Monitoring (3350)
1 Monitor rata-rata, ritme, kedalaman,
dan usaha napas
2 Catat gerakan dada apakah simetris,
ada penggunaan otot tambahan, dan retraksi
3 Monitor crowing, suara ngorok
4 Monitor pola napas : bradipneu, takipneu, kusmaul, apnoe
5 Dengarkan suara napas : catat area yang ventilasinya
menurun / tidak ada dan catat adanya suara tam-bahan
6 K/p suction dengan mendengarkan suara
ronkhi atau krakles
7 Monitor peningkatan gelisah,
ce-mas, air hunger
8 Monitor kemampuan klien untuk batuk
efektif
9 Catat karakteristik dan durasi batuk
10 Monitor sekret di saluran napas
11 Monitor adanya krepitasi
12 Monitor hasil rontgen thorak
13 Bebaskan jalan napas dengan chin lift atau jaw thrust bila
perlu
14 Resusitasi bila perlu
15 Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral, injeksi,
atau terapi inhalasi)
Cough
Enhancement (3250)
1 Monitor fungsi paru-paru, kapasitas vital, dan inspirasi
maksimal
2 Dorong klien melakukan nafas dalam, ditahan 2 detik lalu
batuk 2-3 kali
3 Anjurkan klien nafas dalam be-berapa kali, dikeluarkan
dengan pelan-pelan dan batukkan di akhir ekspirasi
Terapi
Oksigen (3320)
1. Bersihkan sekret di mulut, hidung dan trakhea /
tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan nafas
3. Jelaskan pada klien / keluarga
tentang pentingnya pemberian O2
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Pilih peralatan yang sesuai ke-butuhan : kanul
na-sal 1-3 l/mnt, head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran O2
7. Monitor selang O2
8. Cek secara periodik selang O2, air humidifier, aliran O2
9. Observasi tanda kekurangan O2 :
gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan O2
11. Pertahankan O2 selama dalam transportasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk mengamati persediaan O2,
air humidifier, jika habis laporkan petugas
|
3
|
PK:
Hipoglikemia
Populasi
resiko tinggi :
-
DM
-
Nutrisi Parenteral
-
Sepsis
-
Terapi Kortikosteroid
-
Hiperglikemia
-
Hiupoglikemia hiperfungsi kelenjar adrenal
|
Setelah
dilakukan tindak-an keperawatan selama … x 24 jam, perawat akan
menangani dan meminimalkan episode hipoglikemia dngan gejala :
- Kadar gula <70 mg/dl
- Kulit lembab dingin, pucat
- Takikardi
- Gelisah
- Tidak sadr
- Mudah mengantuk
- Tidak terkoordinasi
|
1. Pantau kadar gula sebelum pemberian obat hipoglikemia
2. Pantau tanda gejala hipoglikemia
3. Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk, cola, atau
jahe setiap 15 menit sampai kadar gula meningkat diatas 69 mg/dl
4. Jika klien tidak dapat menelan berikan glucagon SC atau 50
ml glukosa 50% IV
5. Periksa kadar gula darah setelah 1 jam pemberian terapi
glukosa
6. Konsul dengan ahli gizi untuk pemberian kudapan atau
kabohidrat yang lebih kompleks
|
4.
|
Resiko
aspirasi b.d aku-mulasi secret, sesak nafas
Faktor
Resiko :
- Penurunan reflek ba-tuk dan gag reflek
- Ngt
- Penurunan kesadaran
- Gangguan menelan
- Produksi secret me-ningkat
- Dispneu
|
Setelah
dilakukan tindak-an keperawatan selama … x 24 jam pasien tidak
me-ngalami aspirasi, dengan kriteria :
Respiratory status : ventilation
(0403)
- Respirasi dalam ren-tang normal
- Ritme dalam batas normal
- Ekspansi dada si-metris
- Tidak ada sputum di jalan napas
- Tidak ada pengguna-an otot-otot tambahan
- Tidak ada retraksi da-da
- Tidak ditemukan se-sak nafas /
dispneu
- Dispneu saat aktivitas tidak ditemukan
- Napas pendek-pen-dek tidak ditemukan
- Tidak ditemukan tak-til fremitus
- Tidak ditemukan su-ara napas tambahan
Respiratory status : gas ekchange
(0402)
- Status mental dalam batas normal
- Bernapas dengan mu-dah
- Gelisah tidak ditemu-kan
- Tida ada sianosis
- Somnolen tidak dite-mukan
|
Airway
Suctioning (3160)
1 Pastikan kebutuhan suctioning
2 Auskultasi suara napas sebelum dan
sesudah suctioning
3 Informasikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning
4 Meminta klien napas dalam se-belum
suctioning
5 Berikan O2 dengan kanul nasal untuk
memfasilitasi suctioning nasotrakhea
6 Gunakan alat yang steril setiap
melakukan tindakan
7 Anjurkan klien napas dalam dan
istirahat setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakheal
8 Monitor status O2 klien
9 Hentikan suction apabila klien me-nunjukkan bradikardi
Airway
manajemen ( 3140)
1 Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
2 Posisikan klien untuk memak-simalkan
ventilasi
3 Identifikasi klien perlunya
pema-sangan jalan napas buatan
4 Pasang mayo bila perlu
5 Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6 Keluarkan secret dengan batuk atau suction
7 Auskultasi suara napas, catat adanya suara nafas
tambahan
8 Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
9 Monitor respirasi dan status oksigen
Aspiration
Precaution (3200)
1. Monitor tingkat kesadaran, reflek batu, gag reflek dan
kemampuan menelan.
2. Monitor status paru-paru
3. Pertahankan airway
4. Alat suction siap pakai, tempatkan
disamping bed, dan suction sebelum makan
5. Beri makanan dalam jumlah kecil
6. Pasang NGT bila perlu
7. Cek posisi NGT sebelum mem-berikan makan
8. Cek residu sebelum memberikan makan
9. Hindari pemberian makanan jika residu banyak
10. Libatkan keluarga selama pembe-rian
makan
11. Potong makanan menjadi kecil-kecil
12. Mintakan obat dalam bentuk sirup
13. Puyer pil sebelum diberikan
14. Jaga posisi kepala pasien elevasi
30-40˚ selama dan setelah pem-berian makan
15. Anjurkan pasien / atur posisi klien semi fowler atau
fowler ketika makan
16. K/p per sonde atau drip feeding
17. Cek apakah makanan mudah di telan
Posisitioning/Mengatur
posisi (0840)
1. Atur posisi pasien semi fowler,
ekstensi kepala
2. Miringkan kepala bila muntah
Respirasi
Monitoring (3350)
1. Monitor rata-rata, ritme, kedalaman,
dan usaha napas
2. Catat gerakan dada apakah simetris,
ada penggunaan otot tambahan, dan retraksi
3. Monitor crowing, suara ngorok
4. Monitor pola napas : bradipneu, takipneu, kusmaul, apnoe
5. Dengarkan suara napas : catat area yang ventilasinya
menurun / tidak ada dan catat adanya suara tam-bahan
6. K/p suction dengan mendengarkan suara
ronkhi atau krakles
7. Monitor peningkatan gelisah,
ce-mas, air hunger
8. Monitor kemampuan klien untuk batuk
efektif
9. Catat karakteristik dan durasi batuk
10. Monitor sekret di saluran napas
11. Monitor adanya krepitasi
12. Monitor hasil rontgen thorak
13. Bebaskan jalan napas dengan chin lift atau jaw thrust bila
perlu
14. Resusitasi bila perlu
15. Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral, injeksi,
atau terapi inhalasi)
|
5.
|
Intoleransi
aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2, ke-lemahan
Batasan
Karakteristik :
- Laporan kerja : kele-lahan dan
kelemahan
- Respon terhadap ak-tivitas
menunjukkan nadi dan tekanan darah abnormal
- Perubahan EKG me-nunjukkan aritmia /
disritmia
- Dispneu dan ketidak-nyamanan yang sa-ngat
- Gelisah
|
Setelah
dilakukan tindak-an keperawatan selama … x 24 jam, klien mampu
mencapai : activity to-leransi , dengan kriteria :
Activity tolerance (0005)
- Saturasi oksigen da-lam batas normal
ke-tika beraktivitas
- HR dalam batas nor-mal ketika
aktivitas
- Respirasi dalam batas normal saat
aktivitas
- Tekanan darah sisto-lik dalam batas
nor-mal saat beraktivitas
- Tekanan darah dias-tolik dalam batas
nor-mal saat beraktivitas
- EKG dalam batas normal
- Warna kulit
- Usaha bernafas saat beraktivitas
- Berjalan di ruangan
- Berjalan jauh
- Naik tangga
- Kekuatan ADL
- Kemampuan ber-bicara
saat latihan
|
Terapi Aktivitas (4310)
1 Catat frekuensi jantung irama,
pe-rubahan tekanan darah sebelum, selama, setelah aktivitas sesuai indi-kasi
2 Tingkatkan istirahat, batasi
aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat
3 Batasi pengunjung
4 Monitor / pantau respon emosi, fisik, sosial dan
spiritual
5 Jelaskan pola peningkatan aktivitas
secara bertahap
6 Bantu klien mengenal aktivitas dengan
penuh arti
7 Bantu klien mengenal pilihan untuk
beraktivitas
8 Tentukan klien komitmen untuk
meningkatkan frekuensi untuk aktivitas
9 Kolaborasi yang berhubungan de-ngan
fisik, terapi rekreasi, pe-ngawasan program aktivitas yang tepat
10 Bantu klien membuat rencana
yang khusus untuk pengalihan aktivitas rutin tiap hari
11 Bantu klien / keluarga mengenal
ke-kurangan mutu aktivitas
12 Latih klien / keluarga mengenai peran
fisik, sosial, spiritual , pe-ngertian aktivitas didalam peme-liharaan
kesehatan
13 Bantu klien / keluarga menye-suaikan
lingkungan dengan ke-inginan aktivitas
14 Berikan aktivitas yang mening-katkan
perhatian dalam jangka wak-tu tertentu
15 Fasilitasi penggantian aktivitas
ketika klien sudah melewati batas waktu, energi dan pergerakan
16 Berikan lingkungan yang tidak
berbahaya untuk berjalan sesuai indikasi
17 Berikan bantuan yang positif untuk
partisipasi didalam aktivitas
18 Bantu klien menghasilkan motivasi sendiri
19 Monitor emosi, fisik, sosial, dan
spiritual dalam aktivitas
20 Bantu klien / keluarga monitor
men-dapatkan kemajuan untuk men-capai tujuan
Manajemen Energi (0180)
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
2. Dorong mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang menyebabkan adanya kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
5. Monitor klien adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
6. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur
/ istirahat klien
Manajemen
Disritmia (4090)
1. Mengetahui dengan pasti klien dan keluarga yang mempunyai
riwayat jantung.
2. Monitor dan periksa kekurangan O2,
keseimbangan asam basa, elektrolit.
3. Rekam EKG
4. Anjurkan istirahat setiap terjadi
serangan.
5. Catat frekuensi dan lamanya serangan
.
6. Monitor status hemodinamik.
|
6.
|
Defisit
self care b.d kele-mahan, dengan kelelahan, sesak nafas
Batasan karakteristik :
- Klien tidak mampu mengambil makanan
- Klien tidak mampu ke toilet
- Klien tidak mampu ke kamar mandi
- Klien tiodak mampu memakai baju
sendiri
|
Kebutuhan ADL klien terpenuhi selama pera-watan
Indikator:
- Klien tampak bersih dan rapi
- Mengerti secara seder-hana cara
mandi, ma-kan, toileting, dan ber-pakaian serta mau mencoba secara aman tanpa
cemas
- Klien mau berpartisipasi dengan
senang hati tanpa keluhan dalam memenuhi ADL
- Kebutuhan makan mi-num, mandi, toileting, dll terpenuhi
|
NIC: Membantu perawatan diri klien Mandi dan
toiletting
Aktifitas:
1. Tempatkan alat-alat mandi ditempat
yang mudah dikenali dan mudah dijangkau klien
2. Libatkan klien dan dampingi
3. Berikan bantuan selama klien masih
mampu mengerjakan sendiri
4. Libatkan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan mandi dan toileting
NIC: ADL Berpakaian
Aktifitas:
1. Informasikan pada klien dalam memilih pakaian selama
perawatan
2. Sediakan pakaian di tempat yang mudah dijangkau
3. Bantu berpakaian yg sesuai
4. Jaga privcy klien
5. Berikan pakaian pribadi yg digemari
dan sesuai
6. Libatkan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan berpakaian
NIC:
ADL Makan
1. Anjurkan duduk dan berdo’a bersama
teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum mampu dan beri
contoh
4. Libatkan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan makan dan minum
5. Beri rasa nyaman saat makan
|
7.
|
Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasife, terapi inhalasi, pengalaman /
lingkungan yang kurang bersahabat.(00148)
Batasan
karakteristik :
- Panik
- Teror
- Perilaku menghindar atau menyerang
- Impulsif
- Nadi, respirasi, TD sistolik
meningkat
- Anoreksia
- Mual, muntah
- Pucat
- Stimulus sebagai an-caman
- Lelah
- Otot tegang
- Keringat meningkat
- Gempar
- Ketegangan mening-kat
- Menyatakan takut
- Menangis
- Protes
- Melarikan diri
|
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama … X 24 jam rasa takut klien hilang / berkurang, de-ngan
kriteria :
Fear
control (1404) :
- Klien tidak menye-rang atau menghin-dari sumber yang
menakutkan
- Klien menggunakan teknik
relaksasi un-tuk mengurangi takut
- Klien mampu me-ngontrol respon takut
- Klien tidak melarikan diri.
- Durasi takut menurun
- Klien kooperatif saat dilakukan perawatan dan pengobatan
(tera-pi inhalasi)
Anxiety
control (1402)
- Tidur pasien adekuat
- Tidak ada manifestasi fisik
- Tidak ada manifestasi perilaku
- Klien mau berinter-aksi sosial
|
Coping
enhancement (5230)
1. Kaji respon takut pasien : data objektif dan subyektif
2. Jelaskan klien / keluarga tentang proses penyakit
3. Terangkan klien / keluarga
tentang semua pemeriksaan dan pengobatan
4. Sampaikan sikap empati (diam,
memberikan sentuhan, mengijinkan menangis, berbicara dll)
5. Dorong orang tua untuk selalu
menemani anak
6. Berikan pilihan yang realistik
tentang aspek perawatan
7. Dorong klien untuk melakukan
aktifitas sosial dan komunitas
8. Dorong penggunaan sumber spi-ritual
Anxiety
Reduction (5820)
1. Jelaskan semua prosedur termasuk perasaan yang mungkin
dialami selama menjalani prosedur
2. Berikan objek yang dapat mem-berikan
rasa aman
3. Berbicara dengan pelan dan tenang
4. Membina hubungan saling percaya
5. Jaga peralatan pengobatan di luar
penglihatan klien
6. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
7. Ciptakan suasana saling percaya
8. Dorong klien mengungkapkan perasaan,
persepsi dan takut secara verbal
9. Berikan peralatan / aktivitas
yang menghibur untuk mengurangi ke-tegangan
10. Anjurkan klien menggunakan tek-nik
relaksasi
11. Anjurkan orang tua untuk mem-bawakan
mainan kesukaan dari rumah
12. Libatkan orang tua dalam pe-rawatan
dan pengobatan
13. Berikan lingkungan yang tenang,
batasi pengunjung
|
8.
|
Kurang
pengetahuan kli-en / orang tua tentang asma b.d kurang infor-masi,
keterbatasan kogni-si, tak familier dengan sumber informasi.
Batasan
Karakteristik :
- Mengungkapkan ma-salah
- Tidak tepat mengi-kuti perintah
- Tingkah laku yang berlebihan (histeris, bermusuhan,
agitasi, apatis)
|
Setelah diberikan penje-lasan selama … X per-temuan klien / orang tua
mengetahui dan mema-hami tentang penyakit-nya, dengan criteria :
Knowledge
: Disease Process (1803) :
- Mengetahui jenis / nama penyakitnya
- Mampu menjelaskan proses penyakit
- Mampu menjelaskan factor resiko
- Mampu menjelaskan efek penyakit
- Mampu menjelaskan tanda dan gejala
penyakit
- Mampu menjelaskan komplikasi
- Mampu menjelaskan bagaimana mencegah komplikasi
Knowledge
: Health behavors(1805)
- Mampu menjelaskan pola nutisi yang sehat
- Mampu menjelaskan aktifitas yang
ber-manfaat
- Mampu menjelaskan efek tembakau / merokok
- Mampu menjelaskan teknik manajemen stress
- Mampu menjelaskan efek zat kimia
- Mampu menjelaskan bagaimana mengura-ngi resiko sakit
- Mampu menjelaskan bagaimana menghin-dari lingkungan yang
berbahaya (factor pencetus)
- Mampu menjelaskan pemakaian obat se-suai resp
|
Teaching : Disease
Process (5602)
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien /
orang tua tentang proses penyakitnya
2. Jelaskan patofisiologi asma dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang sesuai.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada asma dengan cara yang sesuai
4. Gambarkan proses penyakit asma dengan cara yang sesuai
5. Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
6. Bantu klien / orang tua mengenali factor pencetus serangan
asma
7. Berikan informasi pada klien / orang tua tentang kondisi
klien dengan tepat
8. Informasikan kepada orang tua tentang kemajuan /
perkembangan penyakit klien dengan cara yang sesuai
9. Sediakan informasi tentang peng-ukuran diagnostik yang ada
10. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pe-ngontrolan penyakit
11. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
12. Gambarkan pilihan rasional reko-mendasi manajemen terapi /
pe-nanganan
13. Dukung klien / orang tua untuk mengeksplorasikan atau
men-dapatkan second opinion dengan cara yang tepat
14. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan dengan cara
yang tepat
15. Instruksikan klien / orang tua mengenai
tanda dan gejala asma untuk melaporkan pada pemberi perawatan
16. Kuatkan informasi yang disediakan tim kesehatan yang lain
dengan cara yang tepat
Teaching Procedur / Treatment (5618)
1. Informasikan kepada klien dan orang tua kapan prosedur
pengobatan akan di-laksanakan
2. Informasikan seberapa lama prosedur pengobatan akan
dilakukan
3. Informasikan tentang peralatan yang akan digunakan dalam
pengobatan
4. Informasikan kepada orang tua siapa
yang akan melakukan prosedur pe-ngobatan
5. Jelaskan tujuan dan alasan dilakukan
prosedur pengobatan
6. Anjurkan kepada klien untuk
kooperatif saat dilakukan prosedur pengobatan
7. Jelaskan tentang perasaan yang
mungkin akan dialami selama di-lakukan prosedur pengobatan
|
9.
|
Resiko kekurangan volu-me cairan
Faktor resiko :
- Kehilangan melalui rute normal : muntah
- Sesak napas sehingga sehingga mempenga-ruhi intake menjadi
kurang
- Peningkatan metabo-lisme
- Diaporesis
|
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan
selama
… X 24 jam klien tidak mengalami kekurangan cairan.
Hidrasi
(0602)
Kriteria
hasil :
- Hidrasi kulit adekuat
- Tekanan darah dalam batas normal
- Nadi teraba
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit normal
- Berat badan stabil dan dalam batas
normal
- Kelopak mata tidak cekung
- Urin out put normal
- Tidak demam
- Tidak ada rasa haus yang sangat
- Tidak ada napas pen-dek / kusmaul
Balance Cairan (0601)
Kriteria hasil :
- Tekanan darah nor-mal
- Nadi perifer teraba
- Tidak terjadi orto-statik hypotension
- Intake-output seim-bang dalam 24 jam
- Serum, elektrolit da-lam batas normal.
- Hmt dalam batas normal
- Tidak ada suara napas tambahan
- BB stabil
- Tidak ada asites, ede-ma perifer
- Tidak ada distensi vena leher
- Mata tidak cekung
- Tidak bingung
- Rasa haus tidak ber-lebihan / rakus
- Membrane mukosa lembab
- Hidrasi kulit adekuat
|
M Monitor Cairan (4130)
1. Tentukan riwayat jenis dan banyaknya intake cairan dan
kebiasaan eleminasi
2. Tentukan faktor resiko yang me-nyebabkan ketidakseimbangan
cairan (hipertermi diuretik, kelainan ginjal, muntah, poliuri, diare,
diaporesis, terpapar panas, infeksi)
3. Menimbang BB
4. Monitor vital sign
5. Monitor intake dan output
6. Periksa serum, elektrolit dan mem-batasi cairan bila
diperlukan
7. Jaga keakuratan catatan intake dan out-put
8. Monitor membrane mukosa, turgor kulit
dan rasa haus
9. Monitor warna dan jumlah urin
10. Monitor distensi vena leher, krakles,
odem perifer dan peningkatan berat badan.
11. Monitor akses intravena
12. Monitor tanda dan gejala asites
13. Catat adanya vertigo
14. Berikan cairan
15. Pertahankan aliran infus sesuai advis
Manajemen Cairan (4120)
1. Timbang berat badan sesuai kebutuhan dan monitor
kecenderungannya.
2. Timbang popok
3. Pertahankan keakuratan catatan intake
dan output
4. Pasang kateter kalau perlu
5. Monitor status hidrasi (kelembaban mem-bran mukosa, denyut
nadi, tekanan darah)
6. Monitor vital sign
7. Monitor tanda-tanda overhidrasi / kelebihan cairan
(krakles, edema perifer, distensi vena leher, asites, edema pulmo)
8. Berikan cairan intravena
9. Monitor status nutrisi
10. Berikan intake oral selama 24 jam
11. Berikan cairan dengan selang (NGT) bila perlu
12. Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit
13. Kolaborasi dokter jika ada tanda dan
gejala kelebihan cairan
Manajemen
Hipovolemia (4180)
1 Monitor status cairan intake dan output
2 Pertahankan patensi akses intravena
3 Monitor Hb dan Hct
4 Monitor kehilangan cairan
(perda-rahan, muntah, diare)
5 Monitor tanda vital
6 Monitor respon pasien terhadap perubahan cairan
7 Berikan cairan isotonic / kristaloid
(NaCl, RL)
8 Monitor tempat tusukan intravena dari tanda infiltrasi
atau infeksi
9 Monitor IWL (missal : diaporesis)
10 Anjurkan klien untuk menghindari mengu-bah
posisi dengan cepat, dari tidur ke duduk atau berdiri
11 Monitor berat badan
12 Monitor tanda dehirasi ( turgor kulit menurun,
pengisian kapiler lambat, membrane mukosa kering, urin output menurun,
hipotensi, rasa haus me-ningkat, nadi lemah)
13 Dorong intake oral (distribusikan cairan selama 24 jam dan
beri cairan diantara waktu makan)
14 Pertahankan aliran infuse
15 Posisi pasien Trendelenburg / kaki ele-vasi lebih tinggi
dari kepala ketika hipotensi jika perlu
Monitoring Elektrolit (2020)
1 Monitor elektrolit serum
2 Laporkan jika ada ketidakseimbangan elektrolit
3 Monitor tanda dan gejala ketidakseim-bangan elektrolit
(kejang, kram perut, tremor, mual dan muntah, letargi, ce-mas, bingung,
disorientasi, kram otot, nyeri tulang, depresi pernapasan, gangguan irama
jantung, penurunan kesadaran : (apatis, coma)
Manajemen
Elektrolit (2000)
1 Pertahankan cairan infus yang me-ngandung elektrolit
2 Monitor kehilangan elektrolit lewat suction
nasogastrik, diare, diaporesis
3 Bilas NGT dengan normal salin
4 Berikan diet makanan yang kaya kalium
5 Berikan lingkungan yang aman bagi
klien yang mengalami gangguan neurologis atau neuromuskuler
6 Ajari klien dan keluarga tentang
tipe, penyebab, dan pengobatan ketidak-seimbangan elektrolit
7 Kolaborasi dokter bila tanda dan
gejala ketidakseimbangan elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit
9. Monitor efek samping pemberian suplemen elektrolit.
10. Kolaborasi dokter pemberian obat yang mengandung
elektrolit (aldakton, Kcl, Kalsium Glukonas).
11. Berikan suplemen elektrolit baik lewat oral, NGT,
atau infus sesuai advis dokter
|
DAFTAR PUSTAKA
Nining.
2009. Koma Hipoglikemia. Dimuat dalam http://ns-nining.blogspot.com/2009/07/koma-hipoglikemi.html
_________.
2010. Askep Hipoglikemia. Dimuat dalam http://blog.ilmukeperawatan.com/askep-hipoglikemia.html
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI
Santosa,
Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Joanne
C. McCloskey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby-Year
Book
Judith
M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes. Upper Saddle River: New Jersey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar